Gowa, baktionline.id
Kabupaten Gowa kembali mencatatkan langkah penting dalam geliat literasi. Kamis, 25 September 2025, Perpustakaan Daerah Gowa menjadi ruang perjumpaan gagasan, perayaan karya, sekaligus apresiasi terhadap semangat menulis.
Di hari itu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Gowa menggelar acara Launching Buku dan Penyerahan Hadiah Lomba Jurnalistik All About Malino.
Acara ini dibuka oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Gowa, Andy Azis Peter, SH, M.Si, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya literasi sebagai pondasi pembangunan.
“Membaca dan menulis bukan hanya keterampilan, tetapi cara kita menjaga akal sehat, membangun daya kritis, dan menumbuhkan kesadaran kolektif,” ujarnya di hadapan para undangan.
Buku dari Seorang Birokrat Penulis
Sorotan utama tertuju pada peluncuran buku berjudul “Suara dari Pelukan Kabut”, karya Mustamin Raga atau yang akrab disapa Tommy Arga. Pria yang sehari-hari menjabat sebagai Sekretaris Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gowa itu memperlihatkan sisi lain dirinya: seorang perenung dan penulis yang tak segan melontarkan kritik sosial.
Buku ini berisi esai-esai reflektif yang menyelami berbagai lapisan kehidupan. Mulai dari realitas sehari-hari yang sederhana, kritik sosial terhadap birokrasi dan politik, hingga renungan spiritual tentang haji, kesalehan, dan Idul Adha. Mustamin meramu pemikiran kritis dengan sentuhan humanis.
“Menulis bagi saya adalah cara berbicara dengan masyarakat. Kadang ada hal-hal yang tak bisa kita sampaikan lewat podium, tetapi bisa hadir lebih jernih lewat tulisan,” kata Mustamin dengan senyum sederhana.
Bedah Buku Bersama Akademisi
Acara peluncuran semakin bernas dengan hadirnya dua akademisi terkemuka: Prof. Dr. Andi Muh. Akmar, SS, M.Hum (Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin) dan Prof. Dr. Muhaemin Latif (Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Makassar). Diskusi berjalan hangat, diwarnai ulasan kritis dan apresiasi terhadap kekuatan buku ini.
Prof. Andi Muh. Akmar menyebut, buku ini memiliki keistimewaan karena berangkat dari keseharian namun ditulis dengan kedalaman refleksi.
“Buku ini mengajarkan bahwa persoalan besar bangsa bisa dibaca dari hal-hal sederhana. Dari pintu, sampah, atau bahkan WC, penulis mengajak kita melihat moralitas dan disiplin,” tuturnya.
Sementara itu, Prof. Muhaemin Latif menilai, Mustamin berhasil menghadirkan karya yang relevan bagi pembaca lintas generasi.
“Ada spiritualitas yang kuat dalam esai-esai ini. Kritik yang lahir bukan dari amarah, tetapi dari kegelisahan hati yang tulus,” ujarnya.
Isi Buku, Dari WC Hingga Politik Simbolik
Kekuatan Suara dari Pelukan Kabut terletak pada keberaniannya menjadikan hal-hal kecil sebagai pintu masuk membicarakan persoalan besar. Mustamin bisa menjadikan pintu, sampah, bahkan WC sebagai refleksi moral dan peradaban masyarakat.
Namun ia juga tak ragu menyinggung isu kebangsaan, runtuhnya budi pekerti, hingga keterjebakan bangsa dalam politik simbolik. Semua ditulis dengan bahasa jernih, lugas, dan puitis.
“Tulisan-tulisan Mustamin ini tidak hanya mencatat realitas, tetapi juga mengetuk nurani kita. Ia mengajak kita bercermin,” ungkap salah satu aktivis literasi yang hadir dalam diskusi.
Bobot Intelektual dan Identitas Buku
Buku ini semakin kokoh dengan pengantar dari tiga akademisi: Prof. Dr. Andi Muh. Akmar, Prof. Dr. Muhaemin Latif, dan Prof. Dr. Risma Niswaty. Kehadiran mereka memberi dimensi akademik yang menegaskan buku ini bukan sekadar catatan pribadi, melainkan juga ruang dialog bagi pembaca luas.
Buku setebal XVII + 244 halaman ini diterbitkan oleh CV Gapura Biru, Lombok Tengah, NTB, pada Juli 2025. Editor buku ditangani oleh Mou, desain sampul oleh tim Gapura Biru, tata letak oleh Aan Khaerul Anwar, dengan ISBN 978-623-8592-72-2. Gapura Biru sendiri tercatat sebagai anggota IKAPI dengan nomor: 025/NTB/2024.
Literasi sebagai Gerakan Bersama
Selain peluncuran buku, acara ini juga dirangkaikan dengan penyerahan hadiah Lomba Jurnalistik All About Malino. Sejumlah jurnalis lokal yang karyanya terpilih mendapat penghargaan sebagai bentuk apresiasi.
Menurut Kadis Perpustakaan dan Kearsipan Gowa, Suhriati, SE. M.si kegiatan ini adalah upaya nyata mendorong partisipasi masyarakat dalam gerakan literasi.
“Literasi itu tidak hanya milik akademisi, tetapi gerakan bersama. Dari menulis berita, membuat esai, hingga berkarya dalam buku, semua adalah jalan untuk menghidupkan kesadaran kolektif,” jelasnya.
Lebih dari Sekadar Buku
Suara dari Pelukan Kabut pada akhirnya bukan hanya buku. Ia adalah ruang perjumpaan antara refleksi penulis, kritik sosial, dan keprihatinan bangsa. Ia mengajak pembaca berhenti sejenak, menyingkap kabut yang menutupi realitas, lalu menatap kehidupan dengan cara pandang baru.
Seperti kabut Malino yang indah namun menyembunyikan banyak hal, buku ini mengajarkan bahwa di balik kesamaran selalu ada suara-suara jernih yang bisa menjadi penuntun.
Bagi mahasiswa, akademisi, aktivis, hingga masyarakat umum, Suara dari Pelukan Kabut layak dijadikan teman berpikir—untuk memperluas wawasan, menajamkan kepekaan sosial, dan memperkuat nilai kebangsaan serta kemanusiaan.
Dan bagi Kabupaten Gowa, peristiwa literasi ini menjadi pesan kuat: dari ruang-ruang kecil di daerah, selalu ada peluang lahirnya gagasan besar yang ikut menerangi wajah bangsa.
(Bawa Karaeng, Isra)