Pada abad ke 17 lahirlah seorang putri yang sangat masyhur dengan kecantikannya.Anak yang lahir dari perkawinan antara raja Labakkang La Upa dengan saudara perempuan raja Gowa ke 16 Sultan Hasanuddin putri cantik ini diberi nama I Marabintang. Parasnya yang sempurna dianggap sangat mirip dengan bibinya yang bernama I Seni Daeng Nisakking Karaeng Bonto Je’ne.
I Marabintang adalah keponakan Sultan Hasanuddin raja Gowa ke16 (1653-1659). Ia merupakan anak dari somba Labakkang, urai Cahaya Bintang Permatasari selaku narasumber.
I Marabintang tidak hanya memiliki jiwa kesatria, melainkan tegas dan cerdas. Secara emosional, I Marabintang dapat menunjukkan bahwa seorang wanita memiliki sisi maskulin yang dapat mengeksplor kemampuan lain yang dimilikinya seperti ahli dalam bertarung, menunggangi kuda, memanah bahkan ikut berperang. Ini membuktikan bahwa umumnya yang kita kenal tokoh kesatria wanita hanya I Fatimah Daeng Takontu (Garuda betina), ungkap
Putri Ratu Rasyid, S.Pd, M.Pd selaku narasumber.
I Marabintang dikenal juga sebagai Srikandi Makasar yang pernah pemimpin laskar pasukan Balira (prajurit wanita). Sosok I Marabintang dengan keelokannya yang berparas cantik terpancar dalam hatinya sehingga banyak anak laki-laki raja yang tergila-gila padanya.
I Marabintang ini telah ditunangkan oleh ibunya sejak ia masih dalam kandungan. Ibu I Marabintang pernah berjanji kepada saudaranya bahwa jika kelak ia memiliki seorang laki-laki maka iya akan akan menjodohkan dengan keponakannya I Marabintang.
I Marabintang mempunyai dua orang sepupu bernama I Mannaku putra raja Luwu dan I Nojeng putra dari Karaeng Jawara Ri Simabaya. I Nojeng adalah cucu raja Luwu. Ayahnya adalah bangsawan yang menikah dengan We’mattappacina, putri raja Majapahit Wikramawardhama.
Namun I Manakku juga memiliki sepupu bernama I Nojeng yang juga tertarik terhadap I Marabintang sehingga timbullah konflik ketiga kalinya yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan dan perang antara keluarga. Dari konflik pertengkaran tersebut mengakibatkan I Mannakku akhirnya gugur dengan kepala terpenggal oleh I Nojeng sepupu sendiri.
Namun dari peristiwa inilah keberanian dan kegigihan I Marabintang, memperlihatkan pada keluarganya bahwa ia harus mempertahankan harga diri dan juga cintanya. Dalam pertengkaran keduanya dimana kekalahan I Mannakku dengan kepalanya yang terpenggal, kemudian kepalanya dibawa pergi I Nojeng. I Marabintang sendiri yang mencari I Nojeng untuk mengambil kepala I Mannaku begitu cintanya.
Di sinilah keberanian I Marabintang yang selama ini yang tdak pernah diketahui banyak orang bahkan ia mempelajari ilmu bela diri. Namun dengan kemampuan dan keberaniannya ia dapat mengalahkan I Nojemg. Bahkan dalam pencariannya I Marabintang membawa seluruh prajurit-prajurit wanita pilihan untuk mencari I Nojeng. Setelah ia menemukan keberadaan I Nojeng mereka kemudian berperang. Perlu diketahui bahwa I Nojeng juga memiliki kemampuan bela diri yang tdak jauh beda dengan I Mannaku bahkan ia dapat mengalahkan I Mannaku. Karena beberapa perguruan silat telah ia jejaki dan telah menguasai banyak ilmu kanuragan termasuk ilmu dari luar pulau Jawa.
I Marabintang ingin membuktikan bahwa ia memiliki keberanian dan kemapanan untuk balas dendam atas kematian suaminya untuk membalas semua perlakuan I Nojeng terhadap I Mannaku dengan cara memenggal pula kepalanya I Nojeng, papar
Putri Ratu Rasyid, S.Pd, M.Pd.